Blog Archive
-
▼
2015
(41)
-
▼
April
(14)
- Nilai UTS TAP
- Model Pengambilan Keputusan
- Kritik teori Rasionalitas Terkekang
- Teori Inkremental (Incremental Theory) Lindblom
- SOAL UTS PENGAMBILAN KEPUTUSAN
- Nilai UTS Manajemen organisasi nirlaba
- Perencanaan Pembangunan
- Tugas Teori Administrasi Publik
- theories of public management
- Postmodern Theory
- Teori Institusional
- Arti Penting Administrasi publik
- THEORIES OF BUREAUCRATIC POLITICS
- Pengganti Kuis TAP
-
▼
April
(14)
Rabu, 29 April 2015
*oleh: Dwini
Yunar Vini Agusti
Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya
dengan tegas. Menurut George R. Terry : pengambilan
keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua
atau lebih alternatif yang ada. Menurut Sondang P. Siagian : pengambilan
keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif
yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan
tindakan yang paling cepat. Menurut James A. F. Stoner : pengambilan keputusan
adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara
pemecahan masalah.
Dari definisi pengambilan keputusan diatas maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa keputusan itu diambil dengan sengaja, tidak secara
kebetulan, dan tidak boleh sembarangan. Pengambilan keputusan itu sendiri suatu
cara yang digunakan untuk memberikan suatu pendapat yang dapat menyelesaikan
suatu masalah dengan cara / teknik tertentu agar dapat lebih diterima oleh
semua pihak. Masalahnya telebih dahulu harus diketahui dan dirumuskan dengan
jelas, sedangkan pemecahannya harus didasarkan pemilihan alternatif terbaik
dari alternatif yang ada. Dalam sebuah kehidupan, manusia harus bisa menjadi seorang
pengambilan keputusan. Terdapat beberapa model pengambilan keputusan seperti:
1.
Korporaisme
Model ini lahir dari teori korporatis,
sehingga dalam mengambil keputusan harus melihat kepentingan orang-orang yang
bersangkutan.
2.
Profesionalisme
Keputusan diambil oleh kaum profesional
karena dianggap jika yang mengmbil keputusan adalah orang yang profesional maka
keputusan tersebut akan menjadi keputusan yang terbaik. Namun fakta yang ada
saat ini adalah kaum profesional yang mengmbil keputusan hanya mementingkan
kepentingan kelompok atau individu dalam pengambilan keputusan.
3.
Teknokratis
Masyarakat dianggap sebagai masyarakat yang
modern, sehingga memiliki pemikiran yang terbuka. Dan juga dalam pengambilan
sebuah keputusan harus didasari oleh alasan ilmiah yang kuat dan rasional.
Sehingga masyarakat harus bersikap ilmiah pula.
4.
Rasionalitas
Keputusan sianggap benar jika keputusan
didasari oleh proses yang benar. Ada beberapa hal yg harus diperhatikan dalam
pengambilan keputusan secara rasional :
a.
Kejelasan masalah.
b.
Orientasi tujuan.
c.
Pengetahuan alternative.
d.
Preferensi yang jelas.
e.
Hasil maksimal.
Daqlam pengambilan keputusan model rasional
terdapat pengambilan keputusan secara rasional terkekang, maksudnya adalah
dalam pengambilan keputusan banyak faktor yang mempengaruhi seperti waktu yang
terbatas, tekanan publik, dan lain-lain.
Seperti contoh, Pada tahun 1998 terjadi
tragedi yang bersejarah di Indonesia, yaitu demo besar-besaran oleh mahasiswa
se-Indonesia untuk melawan dan menurunkan Presiden Soeharto. Pada saat itu
Beliau tidak mengharapkan a lengser, namun karena kondisi masyarakat yang sudah
tidak mendukungnya maka ia memutuskan untuk lengser. Ia beranggapan bahwa jika
ia tetap mempertahannkan kedudukan maka akan terjadi pemberontakan dan
membahayakan dirinya. Jadi dalam kasus ini Soeharto telah melakukan pengembilan
keputusan rasional terkekang. Disisi lain ia tidak mengharapkan turun jabatan,
namun disisi lain ia memang mau atau tidak mau haruys turun jabatan.
Teori
Inkremental
Lindblom menjelaskan bahwa pengambilan
keputusan dalam administrasi publik sebagai sebuah proses yang berantakan
(muddling through) atau proses perubahan keputusan yang terputus-putus
(disjointed incrementalism). Yang dimaksud dengan muddling adalah perbandingan
terbatas yang berturut-turut. Kebanyakan keputusan dibuat melalui proses
muddling through ini.
1.
Hanya ada sebuah pilihan kebijakan yang sempit
dan terbatas
2.
Pilihan hanya sedikit berbeda dengan situasi
yang ada
3.
Pilihan dibentuk dengan membandingkan
konsekuensi yang sebenarnya
4.
Mencoba-coba pilihan dan selanjutnya
mengobservasi setiap konsekuensi yang ditimbulkan
5.
Jika konsekuensi yang diperoleh positif maka
akan dilanjutkan dengan sedikit perubahan sedangkan jika konsekuensinya negatif
maka pilihan lain akan dicoba
6.
Pendekatan ini sangat terkait dengan hasil dan
upaya trial and error.
Menurut
Lindblom ada banyak kebijakan yang sangat kompleks yang tidak tidak dapat
ditangani dengan pendekatan rasional. Lebih lanjut Lindblom menjelaskan bahwa
pengambilan keputusan dibuat melalui berbagai cabang metode. Garbage can
menerangkan mengapa sebuah solusi dibutuhkan untuk masalah-masalah yang
sebenarnya tidak ada. Pendekatan ini juga menjelaskan mengapa sebuah pilihan
dibuat tanpa menyelesaikan masalah, mengapa masalah tetap ada tanpa perlu
diselesaikan serta mengapa hanya ada sedikit masalah yang dapat diselesaikan.
Selain itu, individu dan organisasi kadang perlu cara untuk
melakukan hal-hal tanpa adanya alasan yang bagus. Tidak selalu, tidak juga
biasanya, namun pada saat tertentu manusia perlu berperilaku sebelum mereka
berpikir. Individu dan organisasi yang melakukan pendekatan grabage can ini
dilatarbelakangi karena mereka memiliki:
1.
Permasalahan dalam preferensi, banyaknya
ambiguisitas
2.
Teknologi yang tidak jelas, tidak ada hubungan
antara penyebab dan efeknya
3.
Aliran partisipasi, anggota keluar masuk dengan
cepat
Pendekatan ini berguna untuk memahami apa yang nampak dalam
keputusan yang irasional. Beberapa keputusan tidak diawali dengan sebuah
permasalah dan diakhiri dengan solusi. Kebijakan yang lahir dari pendekatan
analisis kebijakan ini merupakan hasil dari kumpulan kajian beberapa kasus yang
berdiri sendiri.
Contoh aplikasi:
Di Indonesia, pertumbuhan jumlah penduduk merupakan salah
satu masalah yang berarti. Dengan adanya fakta tersebut maka pemerintah
Indonesia memiliki beberapa kebijakan untuk berupaya menekan jumlah penduduk.
Kebijakan tersebut seperti menggalakkan kembali program Keluarga Berencana yang
sempat terhenti dan mulai dilaksanakan lagi pada tahun 2007, melaksanakan
pembangunan berkelanjutan pada semua aspek kehidupan bangsa baik itu pada
bidang pendidikan, kesehatan maupun infrastruktur dan pemberian pelayanan
publik sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Pemerintah juga
memiliki program transmigrasi, sehingga terjadi pemerataan jumlah penduduk di
seluruh wilayah Indonesia. Sangat banyak kebijakan yang telah pemerintah
Indonesia upayakan, namun masih saja pertumbuhan julmalh penduduk menjadi
masalah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar