Blog Archive
-
▼
2015
(41)
-
▼
April
(14)
- Nilai UTS TAP
- Model Pengambilan Keputusan
- Kritik teori Rasionalitas Terkekang
- Teori Inkremental (Incremental Theory) Lindblom
- SOAL UTS PENGAMBILAN KEPUTUSAN
- Nilai UTS Manajemen organisasi nirlaba
- Perencanaan Pembangunan
- Tugas Teori Administrasi Publik
- theories of public management
- Postmodern Theory
- Teori Institusional
- Arti Penting Administrasi publik
- THEORIES OF BUREAUCRATIC POLITICS
- Pengganti Kuis TAP
-
▼
April
(14)
Rabu, 29 April 2015
*oleh: Johansyah Zairoh
Pengambilan keputusan bersangkut paut dengan masalah pilihan
– pilihan yang dirumuskan oleh seorang aktor
atau sejumlah aktor dalam memecahkan suatu persoalan atau masalah publik. Secara
umum pengertian pengambilan keputusan adalah teknik pendekatan yang digunakan
dalam proses pengambilan keputusan atau proses memilih tindakan sebagai cara
pemecahan masalah.
Salah satu pendekatan yang dapat dipakai untuk memberikan alternatif
solusi bagi suatu masalah adalah pengambilan keputusan dengan pendekatan
inkremental. Lahirnya teori Inkremental tidak terlepas dari kritik terhadap
model atau teori rasionalitas komprehensif yang dinilai tidak cocok lagi untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan publik. Adanya ketidak cocokan ini kemudian
lahirlah teori inkremental.
Teori ini mencerminkan
sebagai suatu teori pengambilan keputusan yang menghindari banyak masalah yang harus
dipertimbangkan. Selain itu
teori ini juga merupakan teori yang lebih banyak menggambarkan
cara yang ditempuh oleh pejabat-pejabat pemerintah dalam mengambil keputusan sehari-hari. Teori Inkremental (Incremental Theory) pertama kali di perkenalkan oleh ekonom Charles E. Lindblom yang dikenalkan melalui karya tulisnya berjudul “The Science of Muddling Throught”, yang berupaya untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang disandang dan dipikul oleh teori rasional komprehensif
(kritik terhadap model rasionalitas komprehensif). Teori ini melihat
pemecahan suatu masalah dengan sudut pandang yang lebih realistik terhadap keterbatasan-keterbatasan
yang dimiliki oleh para pembuat kebijakan.
Pendukung dari model ini menyatakan bahwa
perubahan tambahan atau tambal sulam jauh lebih cepat dari perubahan yang
bersifat komprehensif atau
menyeluruh. Inkremental
sendiri berarti kebijakan yang mengalami perubahan sedikit-sedikit. Hal yang paling mendasar dari model inkramental
adalah adanya keterbatasan-keterbatasan yang ada dalam pembuat keputusan. model incremental ini hanya memusatkan perhatiannya
pada modifikasi atas kebijakan yang ada sebelumnya.
Pokok teori inkremental ini yaitu
1.
Dalam
hal pembuat keputusan, hanya
mempertimbangkan beberapa altematif yang langsung berhubungan dengan pokok
masalah.
2.
Bagi tiap altematif hanya sejumlah kecil akibat-akibat yang
mendasar saja yang akan dievaluasi.
3.
Masalah yang dihadapi oleh pembuat keputusan akan
didedifinisikan secara terarur.
- Bahwa tidak ada keputusan atau cara pemecahan yang tepat bagi tiap masalah.
5.
Pembuatan keputusan yang inkremental pada hakikatnya
bersifat perbaikan-perbaikan kecil dan hal ini lebih diarahkan untuk
memperbaiki ketidaksempunaan dari upaya-upaya konkrit dalam mengatasi
masalahsosial yang ada sekarang daripada sebagai upaya untuk menyodorkan
tujuan-tujuan sosial yang sama sekali baru di masa yang akan datang.
Model
inkremental ini bersifat pragmatis, tidak bermaksud mencari
pilihan kebijakan yang terbaik, melainkan sekedar mencari alternatif yang dapat
dilaksanakan. Namun, teori ini bukan berarti tak terlepas sama sekali dari kelemahan, bila
dipraktekkan. memamng benar
dalam banyak kasus, pengambil keputusan tehadap suatu kebijakan untuk
menyelesaikan suatu masalah publik, enggan
melakukan perombakan total terhadap kebijakan yang sedang berjalan. Tetapi juga berbahaya bila selalu menyarankan kepada
perubahan yang bersifat inkremental, ketika secara keseluruhan kebijakan yang
tengah berjalan, tidak dapat dipertahankan lagi. Perubahan secara mendasar, acapkali justru menjadi
tuntutan dari pengambil kebijakan, terutama ketika terjadi pergantian rejim
pemerintahan. Walaupun tidak dalam pergantian rejim, perombakan total atau komprehensip perlu dilakukan ketika kebijakan yang sedang berjalan
tidak mungkin dipertahankan.
Meskipun pembuatan keputusan yang inkremental pada hakikatnya bersifat
perbaikan-perbaikan kecil. Namun teori inkremental ini kemudian dikritik karena kurang memperhatikan orientasi tujuan.
Teori inkremental akan membuat berbagai persimpangan berulang-ulang tanpa
mengetahui kemana tujuan yang akan dicapai. Model ini dikritik karena
kecenderungan inherennya pada konservatisme, terlalu pesimis terhadap perubahan
bersekala besar dan inovasi. Selain itu, model inkremental ini dikritik karena
dianggap tidak demokratis, sebab terlalu membatasi pengambilan keputusan yang
hanya pada tawar menawar sekelompok kecil orang-orang pilihan, para pembuat
kebijakan senior.
Model ini juga dianggap mendorong munculnya
keputusan-keputusan berdasarkan perhitungan jangka-pendek, yang dikawatirkan
akan menimbulkan konsekuensi negatif terhadap jangka panjang. Sebagai tambahan,
model ini juga dikritik karena hanya memiliki kemampuan analitis yang sempit.
Contohnya, mencatat bahwa inkremental hanya bisa bekerja ketika ada
kontinyuitas problem dalam jangka waktu yang cukup panjang, yang mana problem
ini berusaha diselesaikan melalui suatu kebijakan tertentu. Model ini juga
mensyaratkan cara yang dibutuhkan untuk menjalankan kebijakan tersebut hampir
selalu bisa dipakai. Pada kenyataannya, syarat-syarat ini jarang sekali
terpenuhi. Inkrementalisme juga memiliki karakteristik sebagai model
pengambilan keputusan dalam sebuah lingkungan yang relatif stabil, dan agak
sulit untuk diaplikasikan pada situasi-situasi tidak biasa, seperti krisis.
Ada beberapa kelemahan dalam teori inkremental ini diantaranya adalah, keputusan–keputusan yang diambil
akan lebih mewakili atau mencerminkan kepentingan dari kelompok yang kuat dan
mapan sehingga kepentingan dari kelompok yang lemah terabaikan dan diduakan. Keputusan diambil lebih
ditekankan kepada keputusan jangka pendek dan tidak memperhatikan berbagai
macam kebijakan lain sehingga pengambilan keputusan yang bersifat inkremental tidak mampu menjadi solusi atas permasalahan
publik.Dinegara
berkembang teori ini tidak cocok untuk diterapkan karena perubahan yang bersifat inkremental tidak tepat karena
negara berkembang lebih membutuhkan perubahan yang besar dan mendasar. Menurut Yehezkel Dror (1968) model inkremental dalam membuat keputusan cenderung mengahasilkan kelambanan dan
terpeliharanya status quo, sehingga perubahan tidak
cepat dan tidak signifikan.
Contoh kasus sebagai bentuk kritik dari teori
inkremental adalah adanya kebijakan remunerasi bagi pegawai saat pemerintahan
SBY jilid 2. Dengan menaikkan remunerasi (gaji)
pegawai negeri sipil, kesejahteraan pegawai negeri sipil tercukupi, etos
kerjanya meningkat bagus, dan tidak melakukan tindak Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Terbongkarnya kasus korupsi yang dilakukan pegawai
Ditjen Pajak Kementerian Keuangan Gayus H Tambunan, ternyata melibatkan banyak
pihak di luar Kementerian Keuangan (seperti Kejaksaan Agung, Kepolisian RI, dan
lain-lain), tentunya tidak cukup diatasi dengan kebijakan tambal sulam (inkremental), tetapi mungkin memerlukan pemecahan yang lebih
menyeluruh (komprehensif). Berbagai inovasi sosial acapkali menuntut adanya kebijakan
atau program yang baru.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar